Sejarah mencatat
Borobudur adalah candi terbesar yang pernah dibangun untuk penghormatan
terhadap sang Budha bayangkan saja bangunannya mencapai 14.000m persegi
dengan ketinggian hingga 35,29m sebuah prasasti Cri Kahuluan yang
berasal dari abad IX (824 Masehi) yang diteliti oleh Prof Dr
J.G.Casparis dan mengungkap silsilah tiga Wangsa Syailendra yang
berturut-turut berkuasa pada masa itu yakni Raja Indra, putranya
Samaratungga kemudian putrinya yang bernama Samaratungga
Pramodawardhani.
Pada masa Raja
Samaratungga inilah mulainya dibangun candi yang bernama
Bhumisan-Bharabudhara, yang diduga berarti timbunan tanah, bukit atau
tingkat-tingkat bangunan yang di identikan dengan sebutan Vihara Kamulan
Bhumisambharabudhara, yang mempunyai arti sebuah vihara nenek moyang
dan Dinasti Syailendra di daerah perbukitan.
Letak candi ini berada diatas perbukitan yang terletak di Desa Borobudur, Mungkid, Magelang atau 42 km sebelah laut kota Yogyakarta dikelilingi Bukit Manoreh yang membujur dari arah timur ke barat, sementara di sebelah timur terdapat Gunung Merapi dan Merbau,serta disebelah barat ada Gunumg Sindoro dan Gunung Sumbing dibutuhkan tak kurang dari 2 juta balok batu andesit atau setara dengan 50.000m persegi untuk membangun Candi Borobudur ini.
Letak candi ini berada diatas perbukitan yang terletak di Desa Borobudur, Mungkid, Magelang atau 42 km sebelah laut kota Yogyakarta dikelilingi Bukit Manoreh yang membujur dari arah timur ke barat, sementara di sebelah timur terdapat Gunung Merapi dan Merbau,serta disebelah barat ada Gunumg Sindoro dan Gunung Sumbing dibutuhkan tak kurang dari 2 juta balok batu andesit atau setara dengan 50.000m persegi untuk membangun Candi Borobudur ini.
Berat keseluruhan candi mencapai 3,5 juta ton seperti umumnya
bangunan candi, Bororbudur memiliki 3 bagian bangunan, yaitu kaki,
badan dan atas. Bangunan kaki disebut Kamadhatu, yang menceritakan
tentang kesadaran yang dipenuhi dengan hawa nafsu dan sifat-sifat
kebinatangan kemudian Ruphadatu, yang bermakna sebuah tingkatan
kesadaran manusia yang masih terikat hawa nafsu, materi dan bentuk,
sedangkan Aruphadatu yang tak lagi terikat hawa nafsu, materi dan bentuk
digambarkan dalam bentuk stupa induk yang kosong hal ini hanya dapat
dicapai dengan keinginan dan kekosongan.
Semoga informasi ini bermanfaat.
0 komentar:
Posting Komentar